Selasa, 04 Juni 2013

Alude

Alude adalah salah satu desa di kepulauan Talaud Sulawesi Utara. 

 

Sejarah

Pada awalnya desa Alude memiliki nama Lembonsamala (dalam bahasa Indonesia artinya "ramah"). Setelah datangnya penginjil Belanda maka mereka merubah nama Lembonsamala menjadi Alude. Tidak diketahui dengan jelas kapan dan bagaimana perubahan nama itu terjadi. 

Terbentuknya desa Alude berawal dari  beberapa pendatang yang ingin mencari tempat tinggal yang sepi dan tidak diusik oleh dunia luar yang penuh kejahatan. Desa ini berkembang dengan masyarakat yang penuh kekeluargaan. Setiap pendatang yang bergabung tinggal di desa ini, diwajibkan untuk menjaga kerukunan hidup di desa ini. Sebagai tanda persahabatan, pendatang biasanya disuguhi dengan SIRPIK (siri, pinang kapur). Di setiap rumah di desa ini, selalu ada persiapan SIRPIK, yang biasanya juga di gunakan untuk mempererat kekerabatan dengan tetangga. Kebudayaan makan SIRPIK ini masih ada beberapa masyarakat Desa Alude yang menggunakanya. 

Bahasa yang di gunakan di desa Alude adalah bahasa Talaud. bahasa Talaud memiliki beberapa perbedaan yang cukup membuat sesama orang Talaud sering salah paham. Beberapa pebedaan bahasa Talaud bergantung pada wilayahnya, misalnya Pulau Salibabu , Mangaran, Karakelang Selatan, Karakelang Utara dan Kepulauan Nannusa. Bahasa yang digunakan penduduk Alude adalah bahasa yang di gunakan di Pulau Salibabu.

Desa Alude memiliki beberapa upacara adat yang masih bertahan sampai hari ini:
1. Ehakka: larangan untuk membawa hasil perkebunan pada waktu yang telah ditetapkan rapat adat
2. Mallintukku Harele: doa untuk membuka lahan baru, supaya penggunaan parang dapat berfungsi dengan baik.
3. Mallintukku Wualanna: doa untuk benih yang akan di tanam, supaya bertumbuh subur.
4. Mangonokka: upacara untuk melakukan peminangan.
5. Mangariomannu Aramatta: doa syukur untuk panen yang sudah dilakukan.
6. Mattunjukka: acara pesta yang dilakukan setelah acara pernikahan atau pesta lain. Biasanya dibuka oleh para orang tua yang menyanyikan lagu sambil membawa sekuntum bunga ditanganya sambil menunjuk hadirin pesta sampai lagunya selesai, maka orang yang menerima bunga tepat pada lagu berakhir maka yang bersangkutan harus menyambung lagu lain untuk membalas lagu yang telah dinyanyikan. biasanya si pembawa bungan didampingi oleh beberapa orang yang menari.

Mayarakat Alude mulai terbuka dengan dunia luar, ketika Injil masuk ke desa Alude dan banyak mengubah pola pikir dan para penginjil mulai mengajar masyarakat membaca dan menulis.

Sejak awal desa Alude dipimpin oleh raja adat Sarapung Satu, kemudian Sarapung Dua sebagai anaknya. setelah pemerintah Indonesia mengambil alih pemerintahan, maka struktur pemerintahan harus di ganti dengan Kepala Desa. Kepala desa yang pertama adalah Yohanis Awawangi, kemudian di ganti oleh H.M. Sarinda (selama 18 tahun), yang ke tiga Melsion Awawangi (1 1/2 tahun), Karunya Awawangi (10 Tahun), dan   Nelsion Asumbak.

Letak Geografis


Secara geografis, desa Alude letaknya di bagian utara pulau Salibabu setelah Kalongan. berhadapan dengan Melonguane yang dipisahkan teluk Lirung. Letaknya yang tepat adalah di antara desa Musi dan desa Kalongan. 10 kilo meter jarak yang harus ditempuh dari Lirung (Kota Pelabuhan, sedangkan dari Kalongan sebagai kota kecamatan,  harus ditempuh dengan jarak perjalanan 9 kilo meter. Jarak dari Melonguane sebagai kota Kabupaten Talaud adalah kira-kira 2,5 kilo meter, menyeberang laut. Bagian Utara berbatasan dengan desa Kalongan, bagian Timur berbatasan dengan Melonguane, bagian Barat berbatasan dengan Desa Sere, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Musi.

Penghasilan

Desa Alude sebagai penghasil kerajinan bambu batik, yang dibuat menjadi perabot rumah tangga. diantaranya kursi, meja, ranjanng, meja tv, bingkai foto dll. Kerajinan-kerajinan ini dikerjakan oleh industri rumah tangga yang sederhana. Para pengrajin mengerjakanya hanya sebagai pekerjaan sampingan. pekerjaan utama masyarakat Alude adalah petani dan sebagian kecil nelayan sederhana. Hasil kerajinan bambu dipasarkan ke Melonguane sebagai kota Kabupaten.
                   Tanaman Pala

Penghasilan petani dan pekebun bergantung pada musim tanaman yang mereka garap. sebagian besar tanaman yang digarap adalah jenis tanaman tahunan, seperti: Pala, Kelapa, dan Cengkeh. cara perawatan dan bercocok tanampun sangat sederhana dan ketinggalan. hal ini disebabkan oleh pendidikan masyarakatnya, sebagian besar tergolong rendah.Hasil pertanian dipasarkan ke Lirung dan Melonguane.

Sarana Prasarana

Alude merupakan salah satu desa yang tertinggal di kepulauan Talaud. Sekolah yang ada di Alude adalah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Anak -anak yang telah menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar melanjutkan kejenjang SMP di Kalongan, Melonguane dan Lirung. Di Lirung mereka dapat mengecap pendidkan sampai SMA. Tamat SMA, mereka harus melanjutkan pendidikan di Manado, Tomohon, Tondano dan Bitung, bahkan ada yang melanjutkan pendidikan di Jawa dan Kalimantan.

Sarana lain yang ada di desa Alude, berupa sarana penerangan PLN, air bersih, Puskesmas, Kantor desa, dan perumahan guru SD.

Kerohanian dan Keagamaan

Agama yang ada di Desa Alude adalah Kristen dan ada beberapa masyarakat pendatang yang beragama islam. ada dua rumah ibadat di Alude, yakni: Gedung Gereja Masamala GERMITA dan GJKI. pendatang yang berbeda keyakinan beribadah di desa yang berdekatan dengannya.

Alat Transportasi


Akses untuk menuju desa Alude, bisa di tempuh dengan melewati laut dan darat. Transportasi laut dari Meloguane, Lirung, Kalongan dan desa yang berdekatan lainya menuju Alude, menggunakan alat transportasi perahu cepat (Speed Boad, Pambut). Harga tiketnya cukup mahal, sekarang Melonguane ke Alude Rp. 25.000/orang, untuk jarak tempuh 10 menit. Tingginya biaya tranportasi ini dipicu oleh harga BBM yang cukup tinggi. Akses jalan menuju kampung Alude sengat buruk. Baik dari Kalongan sebagai kota kecamatan maupun dari Lirung sebagai kota pelabuhan. Jalan menuju Alude sering mengelami kerusakan yang disebabkan oleh beberapa faktor: Pembuatan aspal yang tidak baik, karena menggunakan bahan material yang tidak baik; banyaknya sungai yang memiliki jembatan yang berkualitas rendah. Alat transportasi, menggunakan Mobil kotak dan sepeda motor. Biaya transportasi Lirung Alude dan Kalongan Alude sama yakni Rp. 10.000/ orang. 
(data 20 Februari 2013)

Pantai Alude



|provinsi=Sulawesi Utara
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Kepulauan Talaud
|kecamatan=Kalongan
|kode pos      =95871
|luas=
|penduduk=
|kepadatan=
}}
'''Alude''' merupakan salah satu [[desa]] yang berada di kecamatan [[Kalongan, Kepulauan Talaud|Kalongan]], Kabupaten [[Kabupaten Kepulauan Talaud|Kepulauan Talaud]], provinsi [[Sulawesi Utara]], [[Indonesia]]

{{Kalongan, Kepulauan Talaud}}
{{kelurahan-stub}}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar