Alude adalah salah satu desa di kepulauan Talaud
Sulawesi Utara.
Sejarah
Pada
awalnya desa Alude memiliki nama Lembonsamala (dalam bahasa Indonesia
artinya "ramah"). Setelah datangnya penginjil Belanda maka mereka
merubah nama Lembonsamala menjadi Alude. Tidak diketahui dengan jelas
kapan dan bagaimana perubahan nama itu terjadi.
Terbentuknya
desa Alude berawal dari beberapa pendatang yang ingin mencari tempat
tinggal yang sepi dan tidak diusik oleh dunia luar yang penuh kejahatan. Desa ini berkembang dengan masyarakat yang penuh kekeluargaan. Setiap
pendatang yang bergabung tinggal di desa ini, diwajibkan untuk menjaga
kerukunan hidup di desa ini. Sebagai tanda persahabatan, pendatang
biasanya disuguhi dengan SIRPIK (siri, pinang kapur). Di setiap rumah di
desa ini, selalu ada persiapan SIRPIK, yang biasanya juga di gunakan
untuk mempererat kekerabatan dengan tetangga. Kebudayaan makan SIRPIK
ini masih ada beberapa masyarakat Desa Alude yang menggunakanya.
Bahasa
yang di gunakan di desa Alude adalah bahasa Talaud. bahasa Talaud
memiliki beberapa perbedaan yang cukup membuat sesama orang Talaud
sering salah paham. Beberapa pebedaan bahasa Talaud bergantung pada
wilayahnya, misalnya Pulau Salibabu , Mangaran, Karakelang Selatan,
Karakelang Utara dan Kepulauan Nannusa. Bahasa yang digunakan penduduk
Alude adalah bahasa yang di gunakan di Pulau Salibabu.
Desa Alude memiliki beberapa upacara adat yang masih bertahan sampai hari ini:
1. Ehakka: larangan untuk membawa hasil perkebunan pada waktu yang telah ditetapkan rapat adat
2. Mallintukku Harele: doa untuk membuka lahan baru, supaya penggunaan parang dapat berfungsi dengan baik.
3. Mallintukku Wualanna: doa untuk benih yang akan di tanam, supaya bertumbuh subur.
4. Mangonokka: upacara untuk melakukan peminangan.
5. Mangariomannu Aramatta: doa syukur untuk panen yang sudah dilakukan.
6.
Mattunjukka: acara pesta yang dilakukan setelah acara pernikahan atau
pesta lain. Biasanya dibuka oleh para orang tua yang menyanyikan lagu
sambil membawa sekuntum bunga ditanganya sambil menunjuk hadirin pesta
sampai lagunya selesai, maka orang yang menerima bunga tepat pada lagu
berakhir maka yang bersangkutan harus menyambung lagu lain untuk
membalas lagu yang telah dinyanyikan. biasanya si pembawa bungan
didampingi oleh beberapa orang yang menari.
Mayarakat
Alude mulai terbuka dengan dunia luar, ketika Injil masuk ke desa Alude
dan banyak mengubah pola pikir dan para penginjil mulai mengajar
masyarakat membaca dan menulis.
Sejak
awal desa Alude dipimpin oleh raja adat Sarapung Satu, kemudian
Sarapung Dua sebagai anaknya. setelah pemerintah Indonesia mengambil
alih pemerintahan, maka struktur pemerintahan harus di ganti dengan
Kepala Desa. Kepala desa yang pertama adalah Yohanis Awawangi, kemudian
di ganti oleh H.M. Sarinda (selama 18 tahun), yang ke tiga Melsion
Awawangi (1 1/2 tahun), Karunya Awawangi (10 Tahun), dan Nelsion
Asumbak.
Letak Geografis
Secara geografis, desa Alude letaknya di bagian utara pulau
Salibabu setelah Kalongan. berhadapan dengan Melonguane yang dipisahkan teluk
Lirung. Letaknya yang tepat adalah di antara desa Musi dan desa Kalongan. 10
kilo meter jarak yang harus ditempuh dari Lirung (Kota Pelabuhan, sedangkan
dari Kalongan sebagai kota kecamatan,
harus ditempuh dengan jarak perjalanan 9 kilo meter. Jarak dari
Melonguane
sebagai kota Kabupaten Talaud adalah kira-kira 2,5 kilo meter,
menyeberang laut. Bagian Utara berbatasan dengan desa Kalongan, bagian
Timur berbatasan dengan Melonguane, bagian Barat berbatasan dengan Desa
Sere, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Musi.
Penghasilan
Desa
Alude sebagai penghasil kerajinan bambu batik, yang
dibuat menjadi perabot rumah tangga. diantaranya kursi, meja, ranjanng,
meja
tv, bingkai foto dll. Kerajinan-kerajinan ini dikerjakan oleh industri
rumah
tangga yang sederhana. Para pengrajin mengerjakanya hanya sebagai
pekerjaan
sampingan. pekerjaan utama masyarakat Alude adalah petani dan sebagian
kecil nelayan sederhana. Hasil kerajinan bambu dipasarkan ke Melonguane
sebagai kota Kabupaten.
Tanaman Pala
Tanaman Pala
Penghasilan petani dan pekebun bergantung pada musim tanaman
yang mereka garap. sebagian besar tanaman yang digarap adalah jenis tanaman
tahunan, seperti: Pala, Kelapa, dan Cengkeh. cara perawatan dan bercocok
tanampun sangat sederhana dan ketinggalan. hal ini disebabkan oleh pendidikan
masyarakatnya, sebagian besar tergolong rendah.Hasil pertanian dipasarkan ke Lirung dan Melonguane.
Sarana Prasarana
Alude merupakan salah satu desa yang tertinggal di kepulauan
Talaud. Sekolah yang ada di Alude adalah Taman Kanak-kanak dan Sekolah
Dasar. Anak -anak yang telah menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar
melanjutkan kejenjang SMP di Kalongan, Melonguane dan Lirung. Di Lirung mereka
dapat mengecap pendidkan sampai SMA. Tamat SMA, mereka harus melanjutkan
pendidikan di Manado, Tomohon, Tondano dan Bitung, bahkan ada yang melanjutkan
pendidikan di Jawa dan Kalimantan.
Sarana lain yang ada di desa Alude, berupa sarana penerangan PLN, air bersih, Puskesmas, Kantor desa, dan perumahan guru SD.
Kerohanian dan Keagamaan
Agama yang ada di Desa Alude adalah Kristen dan ada beberapa
masyarakat pendatang yang beragama islam. ada dua rumah ibadat di Alude, yakni:
Gedung Gereja Masamala GERMITA dan GJKI. pendatang yang berbeda keyakinan
beribadah di desa yang berdekatan dengannya.
Akses untuk menuju desa Alude, bisa di tempuh dengan melewati laut dan darat. Transportasi laut dari Meloguane, Lirung, Kalongan dan desa yang berdekatan lainya menuju Alude, menggunakan alat transportasi perahu cepat (Speed Boad, Pambut). Harga tiketnya cukup mahal, sekarang Melonguane ke Alude Rp. 25.000/orang, untuk jarak tempuh 10 menit. Tingginya biaya tranportasi ini dipicu oleh harga BBM yang cukup tinggi. Akses jalan menuju kampung Alude sengat buruk. Baik dari Kalongan sebagai kota kecamatan maupun dari Lirung sebagai kota pelabuhan. Jalan menuju Alude sering mengelami kerusakan yang disebabkan oleh beberapa faktor: Pembuatan aspal yang tidak baik, karena menggunakan bahan material yang tidak baik; banyaknya sungai yang memiliki jembatan yang berkualitas rendah. Alat transportasi, menggunakan Mobil kotak dan sepeda motor. Biaya transportasi Lirung Alude dan Kalongan Alude sama yakni Rp. 10.000/ orang.
(data 20 Februari 2013)
Pantai Alude
|provinsi=Sulawesi Utara
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Kepulauan Talaud
|kecamatan=Kalongan
|kode pos =95871
|luas=
|penduduk=
|kepadatan=
}}
'''Alude''' merupakan salah satu [[desa]] yang berada di
kecamatan [[Kalongan, Kepulauan Talaud|Kalongan]], Kabupaten [[Kabupaten
Kepulauan Talaud|Kepulauan Talaud]], provinsi [[Sulawesi Utara]], [[Indonesia]]
{{Kalongan, Kepulauan Talaud}}
{{kelurahan-stub}}